Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan banyak suami yang
heran dengan sikap dan perilaku isterinya. Menurut para suami, isteri
mereka terlalu banyak bicara. Ungkapan seperti ini sering didengar oleh
para konselor keluarga:
“Isteri saya itu orangnya aneh banget. Maunya ngomong terus, hal-hal yang tidak penting saja diomongkan”, kata seorang suami.
“Isteri saya itu orangnya sangat cerewet. Semua dikomentari, seakan
tidak ada hal yang benar dari diri saya”, kata suami yang lain.
“Saya heran, apa tidak sebaiknya dia itu diam saja, tidak usah banyak bicara”, ujar suami yang lain.
Apa Yang Sebenarnya Terjadi?
Sebenarnya para suami hanya kurang memahami dan mengerti karakter
umum perempuan. Ada hal yang membuat lelaki dan perempuan memang
berbeda, karena memiliki susunan otak yang tidak sama. Allan dan Barbara
Pease menceritakan bahwa kebanyakan perempuan memiliki susunan otak
yang membuatnya bisa menang berbicara dan menang mengomel dibanding
semua lelaki. Bagian otak perempuan yang digunakan untuk berbicara dan
berbahasa lebih banyak dibanding pada otak laki-laki.
Hal ini membuat dua sudut pandang yang berbeda. Di mata perempuan,
laki-laki tampak tidak banyak bicara. Sedangkan di mata laki-laki,
perempuan tampak tidak bisa diam. Menurut kaum perempuan, laki-laki
banyak diam sampai hal-hal penting saja tidak dibicarakan. Menurut
laki-laki, para perempuan terlalu banyak bicara, sampai hal-hal yang
tidak penting pun diomongkan.
Otak perempuan memiliki susunan yang memungkinnya memiliki kemampuan
“jalur majemuk”. Perempuan bisa bermain lempar empat atau lima bola
sekaligus. Perempuan dapat menjalankan program komputer sambil berbicara
di telepon dan mendengarkan pembicaraan kedua yang berlangsung di
belakangnya; sambil minum secangkir teh hangat.
Perempuan dapat berbicara mengenai beberapa hal yang tidak
berhubungan dalam satu percakapan, dan menggunakan lima jenis suara
untuk mengganti pokok pembicaraan atau memberi tekanan pada suatu hal
tertentu. Laki-laki hanya mampu mendengarkan tiga dari banyak suara
tersebut, sehingga laki-laki sering kehilangan alur cerita pada waktu
mendengarkan perempuan berbicara.
Perempuan Sulit Berbicara To The Point
Dengan struktur otak yang “jalur majemuk” tersebut, rata-rata kaum perempuan sulit berbicara to the point. Pembicaraannya selalu berkembang, sebagaimana tampak dalam percakapan antara Dewa dengan isterinya, Ratih.
Dewa : Apakah Desy akan datang pada agenda liburan Tahun Baru besok ?
Ratih : Desy bilang kemungkinan akan datang, tergantung kondisi order
kue yang sekarang tengah menurun karena situasi ekonomi yang tengah
labil. Sedangkan Ratna mungkin tidak datang karena Arya harus periksa ke
dokter spesialis. Katanya Bambang tengah kehilangan pekerjaan, jadi dia
sedang berusaha mencari pekerjaan baru, dan Sony tidak mendapatkan ijin
cuti. Bosnya ketat sekali. Desy bahkan mungkin datang lebih awal,
supaya bisa mempersiapkan acara dan berbelanja berbagai keperluan,
termasuk membelikan kado bagi pernikahan Ema. Mungkin sebaiknya kita
nanti mengantar Desy untuk……”
Dewa : Apakah itu artinya “datang” atau “tidak” ?
Ratih : Iya, tapi juga masih tergantung dengan kondisi Diana, apakah
mobilnya bisa dipinjam atau tidak, karena semenjak mobil barunya dipakai
Erik, Diana selalu mengeluhkan mobilnya yang tua dan sering masuk
bengkel….. Bla bla bla…”
Dewa merasa hanya bertanya sebuah pertanyaan sederhana, dan mestinya
bisa dijawab ringkas dengan “datang” atau “tidak datang”. Bukankah
sekedar bertanya, “Apakah Desy akan datang pada acara pertemuan keluarga
besok?” Mengapa jawabannya begitu panjang dan menghubungkan dengan
banyak orang serta banyak kondisi yang tidak ditanyakan ?
Yang ditanyakan Dewa hanya soal Desy, namun Ratih menjawab dengan
menyebut tujuh nama orang lainnya, dengan beraneka topik yang
menyertainya.
Laki-laki Suka Berbicara To The Point
Sementara otak laki-laki tersusun dalam bentuk “jalur tunggal”.
Rata-rata kaum lelaki hanya bisa memusatkan perhatian pada satu hal pada
satu saat. Jika seorang perempuan mengajak bicara laki-laki yang tengah
menyetir mobil di jalan melingkar, jalan keluar akan terlewatkan
olehnya, dan laki-laki ini akan menyalahkan perempuan karena berbicara.
Jika laki-laki tengah melaksanakan satu pekerjaan di kantor, ia tidak
mau diganggu dengan diajak mengobrol. Begitu mengobrol, maka pekerjaan
ditinggalkan. Bahkan saat menerima telepon, laki-laki cenderung mencari
tempat yang sepi karena tidak mau diganggu suara lainnya.
Konon, banyak perempuan yang merasa bahwa hanya merekalah
satu-satunya orang dewasa yang berpikiran sehat dalam keluarga. Mereka
merasa, suami mereka berkelakuan seperti anak-anak. Sementara kaum
laki-laki menganggap isteri mereka tidak bisa diajak diskusi ilmiah dan
rasional, sehingga kadang suami merasa malu jika mendengar isterinya
berbicara di depan orang banyak.
Dengan struktur otak yang “jalur tunggal” tersebut, menyebabkan rata-rata laki-laki lebih suka berbicara to the point. Jika ditanya satu pertanyaan, akan memberikan satu jawaban. Perhatikan dialog Dewa dengan
Ratih berikut:
Ratih : Kamu tadi darimana sih ?
Dewa : Dari kantor.
Ratih : Kok pulangnya terlambat ?
Dewa : Masih ada kerjaan.
Ratih : Kamu capek sayang ?
Dewa : Biasalah…
Ratih : Mau aku buatkan teh panas ?
Dewa : Boleh.
Sangat berbeda bukan, bagaimana cara menjawab pertanyaan? Jika Ratih
ditanya satu pertanyaan, jawabannya bisa duapuluh empat poin. Sedangkan
jika dewa ditanya satu pertanyaan, jawabannya juga hanya satu poin.
Lelaki suka menjawab “ya” dan “tidak” secara ringkas. Perempuan suka
menjawab dengan mengembangkan jawaban.
Ini semua natural dan normal. Jangan saling heran dengan pasangan
anda. Mengerti titik-titik perbedaan membuat suami dan isteri semakin
bisa menerima satu dengan yang lainnya. Tidak saling menyalahkan, tidak
saling menjelekkan, namun berusaha selalu lebih mendekat kepada
pasangan. Tidak perlu membesar-besarkan perbedaan.
Jadi, jika isteri anda cerewet, itu normal. Memang begitulah Tuhan
memberikan kemampuan pada kaum perempuan. Kecerdasan linguistik kaum
perempuan lebih tinggi dibanding lelaki, kosa kata kaum perempuan lebih
banyak daripada lelaki. Itulah sebabnya perempuan sering disebut
cerewet. Namun dengan kecerewetannya itu pulalah Tuhan mengajari
anak-anak kita pandai berbicara. Maka syukuri kecerewetan isteri anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar